Aku selalu percaya, cinta sejati tidak pernah lahir dari pandangan pertama semata, tapi dari doa-doa yang tulus naik ke langit. Bertahun-tahun aku menundukkan kepala, memohon agar Allah menjaga hati ini, hingga Dia mempertemukanku denganmu—seseorang yang bukan hanya kucintai, tapi juga mampu menuntunku mendekat kepada-Nya.
Di matamu, aku melihat masa depan yang penuh ketenangan. Bukan karena tanpa ujian, tapi karena kita sepakat untuk menjadikan Allah pusat dari segala tujuan. Aku tahu, perjalanan ini tak selalu mudah, namun selama kita melangkah dalam ridha-Nya, aku yakin setiap badai akan berganti dengan pelangi.
Hari akad itu, saat kalimat ijab kabul terucap, dunia seakan berhenti sejenak. Air mata jatuh, bukan karena sedih, melainkan syukur yang tak terbendung. Aku sadar, pernikahan ini bukan hanya penyatuan dua insan, melainkan ikatan sakral yang menjadi ladang pahala bila dijalani dengan ikhlas.
Engkau bukan sekadar pasangan hidup, engkau adalah separuh agamaku. Dan aku berjanji, sepanjang hayat ini, aku akan belajar mencintaimu dengan cara yang Allah cintai—dengan kesabaran, kasih sayang, dan doa-doa yang tak pernah putus.
Karena pada akhirnya, tujuan kita bukan hanya bahagia di dunia, tapi juga bersama di surga.